MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com

Sejarah Kitab Jurumiyah dan Makna Filosofis Ilmu Nahwu

ﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ

Dalam kitab

“Al Kawakib Al Durriyah

diceritakan, Syeikh Imam Al-

Sonhaji, pengarang sebuah kitab

nahwu, tatkala telah rampung

menulis sebuah buku tentang

kaidah nahwu yang ditulisnya

dengan menggunakan sebuah

tinta, beliau mempunyai azam

untuk meletakkan karyanya

tersebut di dalam air. Dengan

segala sifat kewara’annya dan

ketawakkalannya yang tinggi,

beliau berkata dalam dirinya: “Ya

Allah jika saja karyaku ini akan

bermanfaat, maka jadikanlah

tinta yang aku pakai untuk

menulis ini tidak luntur di dalam

air”. Ajaib, ternyata tinta yang

tertulis pada lembaran kertas

tersebut tidak luntur. Dalam

riwayat lain disebutkan, ketika

beliau merampungkan karya

tulisnya tersebut, beliau berazam

akan menenggelamkan

tulisannya tersebut dalam air

mengalir, dan jika kitab itu

terbawa arus air berarti karya itu

kurang bermanfaat. Namun bila

ia tahan terhadap arus air, maka

berarti ia akan tetap bertahan

dikaji orang dan bermanfaat.

Sambil meletakkan kitab itu pada

air mengalir, beliau berkata :

“Juruu Miyaah, juruu

miyaah” (mengalirlah wahai air!).

Anehnya, setelah kitab itu

diletakkan pada air mengalir,

kitab yang baru ditulis itu tetap

pada tempatnya. Itulah kitab

matan “Al-Jurumiyah” karya

Imam Al Sonhaji yang masih

dipelajari hingga kini. Sebuah

kitab kecil dan ringkas namun

padat yang berisi kaidah-kaidah

ilmu nahwu dan menjadi kitab

rujukan para pelajar pemula

dalam mendalami ilmu nahwu

(kaidah bahasa Arab) di berbagai

dunia. Selain ringkas, kitab

mungil ini juga mudah dihafal

oleh para pelajar.

Di sini penulistidak hendak mengemukakan

kaidah ilmu nahwu dengan

segala pembagiannya. Yang akan

penulis kemukakan adalah,

bahwa di dalam kitab yang

melulu membahas tata bahasa

Arab, ternyata kalau dikaji lebih

dalam lagi, ia memiliki filsafat-

filsaf at hidup dan nasehat yang

sangat berharga bagi setiap

generasi terutama bagi kita

sebagai ummat Islam. Filsafat

hidup yang termaktub dalam

kitab itu sendiri merupakan

“hukum” atas suatu kalam atau

kalimat dalam ilmu nahwu.

Berikut ini adalah contohnya:

Bersatu kita terhormat Dalam

ilmu nahwu, “dhommah” adalah

salah satu tanda dari tanda-

tanda “rofa’”. Secara lafdziah

kata dhommah berarti bersatu.

Sedang kata rofa’berarti tinggi.

Maksudnya, bila kita dapat

bersatu dengan sesama, dapat

menjaga kesatuan dan

persatuan, dapat mempererat tali

ukhuwah, bukan tidak mungkin

kita akan menjadi umat yang

terhormat dan tinggi (rofa’) di

antara bangsa dan umat lain. Hal

ini sesuai dengan firman Allah

SWT :”Bersatulah kalian pada tali

(agama) Allah, dan janganlah

kalian berpecah belah” (Ali

Imran: 103). Sementara untuk

mendapatkan derajat tinggi

harus memenuhi syarat, di

antaranya adalah iman. Firman

Allah SWT: “Janganlah kalian

merasa hina dan sedih, padahal

kamu tinggi jika kamu beriman

(Ali Imran: 139). Ada beberapa

keriteria sehingga orang bisa

mendapatkan derajat

rofa’ (tinggi). Sebagaimana

dijelaskan dalam Al Jurumiyah,

bahwa di antara kedudukan

kalimat yang mendapat hukum

rofa’ atau marfu’ (yang diberi

penghargaan tinggi) adalah: fa’il,

naib fa’il, mubtada’, khobar dan

tawabi’ marfu’(sesuatu yang

mengikuti segala kalimat marfu’)

seperti sifat (na’t), badal, taukid

dan ‘atof.

Hal ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Fa’il (aktivis).

Bila kita ingin menjadi orang

yang dihargai, tinggi dan tidak

terhina, maka hendaklah kita

berbuat, bekerja dan berusaha,

tidak berpangku tangan atau

hanya mengharap belas kasih

orang lain. Hanya orang yang

aktif dan pro aktiflah (fa’il) yang

membuahkan karya-karya dan

amal dan menjadi terhormat di

lingkungannya. Firman Allah SWT:

“Dan katakanlah (hai

Muhammad): Bekerjalah kalian!

sesungguhnya pekerjaan kalian

akan dilihat oleh Allah, RasulNya

dan kaum mu’minin” (At

Taubah : 105). Sabda Nabi

Muhammad SAW: “ tangan di

atas (pemberi) lebih baik dari

tangan di bawah(peminta)” .

2.Naib fa’il

mewakili tugas-tugas

aktivis adalah tipe kedua orang

yang mendapat derajat tinggi.

Meskipun ia berkedudukan

sebagai wakil, tapi ia

menjalankan pekerjaan yang

dilakukan fa’il walau harus

menjadi penderita dalam

kedudukannya sebagai kalimat.

Sebagai contoh dalam hal ini

adalah sahabat Ali ra. Beliau

pernah menggantikan Rasulullah

di tempat tidurnya dengan resiko

yang tinggi berupa pembunuhan

yang akan dilakukan para

pemuda musyrikin Makkah saat

Rasulullah berencana

melaksanakan hijrah ke Madinah.

Contoh lain adalah para huffadz

yang diutus Rasulullah untuk

mengajarkan agama atas

permintaan salah satu suku di

jazirah Arab, namun nasib

mereka naas dikhianati dan

dibunuh para pengundang.

Mendengar hal itu, Rasulullah

pun membacakan do’a qunut

nazilah sebagi rasa ta’ziyah.

Dengan do’a dari Rasul tersebut,

tentu saja mereka yang wafat

mendapat kedudukan mulia di

sisi Allah, juga oleh sejarah.

3.Mubtada (pioneer),

orang yangpertama melahirkan ide-ide

positif kemudian

diaplikasikanny a di tengah-

tengah masyarakat sehingga

berguna bagi kehidupan

manusia adalah orang yang

pantas mendapat derajat

rofa’ (tinggi). Oleh karena itu

Rasulullah SAW bersabda: “

Barang siapa memulai sunnah

hasanah (ide positif dan

konstruktif) maka baginya pahala

dan pahala orang yang

melakukan ide (sunnah)

tersebut”. Ada pepatah Arab

:mengatakan demikian ﺍﻟﻔﻀﻞ

ﻟﻠﻤﺒﺘﺪﺉ ﻭﺍﻥ ﺃﺣﺴﻦ ﺍﻟﻤﻘﺘﺪﻯ

“Perhargaan itu hanyalah milik

orang pertama memulai,

walaupun orang yang datang

kemudian dapat melakukannya

lebih baik”

4. Khobar (informasi).

Mereka yang

memiliki khobar (informasi)

itulah orang yang menguasai.

Demikian salah satu ungkapan

dalam ilmu komunikasi. Di dunia

ini sebenarnya tidak ada orang

yang lebih banyak ilmunya dari

seorang lain. Yang ada adalah

karena orang itu lebih banyak

mendapatkan dan menyerap

informasi dari lainnya. Membaca

buku, apapun buku itu,

sebenarnya kita sedang

menyerap sebuah informasi. Dan

sebanyak itu informasi yang kita

dapatkan sebesar itu pula kadar

maqam kita. Informasi dapat kita

peroleh melalui berbagai cara,

termasuk di dalamnya

pengalaman.

5. Tawabi’Marfu’

(Mereka yang mengikuti

jejak langkah orang yang

mendapat derajar tinggi). Jelas,

siapa saja yang mengikuti

langkah dan perjuangan mereka

yang mendapat derajat tinggi,

maka mereka akan dihargai.

Allah berfirman: “Sungguh dalam

diri Rasulullah ada suri tauladan

yang patut ditiru bagimu”. Ayat

ini menegaskan kepada kita

untuk mengikuti Rasulullah yang

telah mendapatkan maqoman

mahmuda (kedudukan terpuji) di

sisi Allah agar kita mendapat hal

yang sama di sisiNya. Di samping

itu, salah satu orang yang akan

mendapat derajat tinggi adalah

para penuntut ilmu. Firman Allah

SWT : “Allah akan mengangkat

orang-orang yang beriman di

antara kamu dan mereka yang

diberi ilmu dengan beberapa

derajat” (Al Mujadalah: 11).

Ilmu adalah warisan para nabi, dan

siapa yang mengikuti (tabi’)

langkah nabi ia akan mendapat

kehormatan (rofa’) Berpecah

Belah Adalah Kerendahan Tanda

kasroh dalam ilmu nahwu adalah

salah satu tanda hukum khofadh.

Secara harfiah, kata kasroh

bermakna pecah atau

perpecahan. Sedangkan kata

khofadh bermakna kerendahan

atau kehinaan. Dengan demikian

suatu umat akan mengalami

kerendahan dan kehinaan

apabila mereka melakukan

perpecahan, tidak bersatu dan

tidak berukhuwah. Wajar saja

bila para musuh menyantap

dengan lahapnya kekayaan kaum

(muslimin) disebabkan mereka

tidak mau bersatu dan menjaga

persatuan.

Inilah yang pernah

dikhawatirkan oleh Nabi

Muhammad SAW empat belas

abad lalu, tatkala beliau

menyatakan bahwa suatu saat

umat Islam akan menjadi

santapan umat lain seperti

srigala sedang menyantap

makanan. Para sahabat bertanya:

“Apakah saat itu jumlah kita

sedikit ?” Rasul menjawab:

“Tidak, justru kalian saat itu

menjadi mayoritas, tapi kualitas

kalian seperti buih. Sungguh

Allah akan mencabut rasa takut

dari musush-musuh kalian

kepada kalian dan Allah akan

mencampakkan dalam diri kalian

penyakit al-wahan”. Sahabat

bertanya: “apakah penyakit al-

wahan itu?” Rasul SAW

menjawab: “cinta dunia dan

takut mati”. Dengan penyakit

itulah, umat Islam mengalami

perpecahan. Sebab yang

diperjuangkan bukan lagi agama

mereka, tetapi materi dan

keduniaan yang pada akhirnya

tidak lagi mengindahkan

kekompakkan dan persatuan di

antara sesama ummat Islam. Di

samping itu sifat buih, seberapa

banyak dan sebesar apapun, ia

akan terombang-ambin g oleh

angin yang meniupnya. Itulah

tamsil umat Islam yang tidak

memperkokoh persatuan.

Hal inilah yang diisyaratkan oleh Al-

Sonhaji, bahwa penyebab segala

isim (nama) menjadi makhfudh

(rendah dan hina) adalah karena

tunduk dan ikut-ikutan terhadap

huruf khofad (faktor

kerendahan). Atau dalam istilah

nahwu lain, isim menjadi majrur

(objek yang terseret-seret/

mengikuti arus) karena

disebabkan mengikuti huruf jar

(faktor yang menyeret-menyer

etnya) . Karena itu, hendaknya

ummat Islam selalu menjadi ikan

hidup di tengah samudera.

Meskipun air samudera terasa

asin, namun sang ikan hidup

tetap terasa tawar. Sebaliknya,

jika ummat ini bagaikan ikan

mati, maka ia dapat diperbuat

apa saja sesuai keinginan orang

lain. Bila diberi garam ia akan

menjadi ikan asin dan lain

sebagainya.

Berusahalah, Maka

Jalan Akan Terbuka Dalam kaidah

ilmu nahwu, di antara tanda

nashob adalah fathah. Secara

lafdziah, kata nashob bermakna

bekerja dan berpayah-payah.

Sedang kata fathah bermakna

terbuka. Dalam hal ini, maka

mereka yang mau bekerja dan

berupaya serta berpayah-payah

(nashob) dalam usaha, maka

mereka akan mendapatkan jalan

yang terbuka (fathah).

Sesulit apapun problem yang dihadapi,

jika berusaha dan berpayah-

payah untuk mengatasinya, maka

insya Allah akan menemukan

jalan keluarnya. Oleh karena itu

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Aku tidak akan

menyia-nyiakan amal orang yang

berbuat di antara kalian dari laki-

laki dan wanita”. (Ali Imran: 195).

Dalam Kitab Diwan As-Syafi’i.

Imam Syafi’i pernah menulis bait

:syair sebagai berikut ﺳﺎﻓﺮ ﺗﺠﺪ

ﻋﻮﺿﺎ ﻋﻤﻦ ﺗﻔﺎﺭﻗﻪ # ﻭﺍﻧﺼﺐ ﻓﺎﻥ ﻟﺬﻳﺬ

ﺍﻟﻌﻴﺶ ﻓﻰ ﺍﻟﻨﺼﺐ ﺍﻧﻲ ﺭﺃﻳﺖ ﻭﻗﻮﻑ

ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻳﻔﺴﺪﻩ # ﺍﻥ ﺳﺎﻝ ﻃﺎﺏ ﻭﺍﻥ ﻟﻢ

ﻳﺠﺮ ﻟﻢ ﻳﻄﺐ Pergilah bermusafir,

maka anda akan dapatkan

pengganti orang yang anda

tinggalkan Bersusah payahlah !,

karena kenikmatan hidup ini

didapat dengan bersusah payah

(nashob).

Sungguh aku

menyaksikan mandeg-nya air

dapat merusakkan dirinya

Namun bila ia mengalir ia

menjadi baik. Dan jika

menggenang ia jadi tidak baik.

Dalam bait syair ini, Imam Syafi’i

ingin menegaskan, bahwa orang

yang berpangku tangan dan

tidak mau bekerja keras akan

menjadi rusak, bagaikan

rusaknya air yang tergenang

sehingga menjadi comberan

yang kotor dan bau. Sebaliknya,

bila ia mau bersusah payah dan

bergerak maka ia bagaikan air

jernih yang mengalir. Indahnya

kenikmatan hidup ini terletak

pada bersusah payah. Bahkan al-

Quran mengisyaratkan kepada

kita untuk tidak berpangku

tangan di tengah waktu-waktu

senggang kita. Bila usai

melakukan satu pekerjaan,

cepatlah melakukan hal lain.

:Firman Allah SWT ﻓﺎﺫﺍ ﻓﺮﻏﺖ

ﻓﺎﻧﺼﺐ “Dan jika kamu selesai

(melakukan tugas), maka

lakukanlah tugas lain

(nashob)” (Al Insyiroh: 7).

Kepastian Akan Menimbulkan

Rasa Tenang Kaidah lain yang

terdapat dalam ilmu nahwu

adalah, bahwa di antara tanda

jazm adalah sukun. Secara

lafdziah, kata jazm bermakna

kepastian. Sedang kata sukun

berarti ketenangan. Ini

mengajarkan kepada kita, bahwa

kepastian (jazm) akan

melahirkan rasa ketenangan

(sukun). Orang yang tidak

mendapatkan kepastian dalam

suatu urusan biasanya akan

merasakan kegelisahan. Sebagai

contoh seorang remaja yang

ingin melamar seorang gadis

kemudian tidak mendapatkan

kepastian, dia akan mengalami

kegelisahan. Demikian juga

orang yang hidupnya sendiri, ia

tidak mendapatkan ketenangan.

Oleh karena itu Allah SWT

mengisyaratkan kita agar

mempunyai teman pendamping

dalam hidup ini agar mendapat

:ketenangan. Firman Allah SWT

ﻭﻣﻦ ﺁﻳﺎﺗﻪ ﺍﻥ ﺧﻠﻖ ﻟﻜﻢ ﻣﻦ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ

ﺃﺯﻭﺍﺟﺎ ﻟﺘﺴﻜﻨﻮﺍ ﺍﻟﻴﻬﺎ “Dan di antara

tanda-tanda kekuasaan Allah

adalah Ia menjadikan bagimu

pasangan dari jenismu (manusia)

agar kalian merasa tenteram

kepadanya” (Ar Rum: 21).

Wallahu’alam

Oleh: Ahmad Maofur Al-akfahasi

Perkembangan Janin Pada Masa Kehamilan

Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus kembar, atau triplet).

Latar Belakang

Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.

Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa risiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 menandakan awal ‘viabilitas‘, yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.

Karena kemungkinan viabilitas janin yang telah berkembang, definisi budaya dan legal dari hidup seringkali menganggap janin dalam triwulan ke-3 adalah sebuah pribadi. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1: seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.

Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa risiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 menandakan awal ‘viabilitas‘, yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.

Karena kemungkinan viabilitas janin yang telah berkembang, definisi budaya dan legal dari hidup seringkali menganggap janin dalam triwulan ke-3 adalah sebuah pribadi hidup yang baru.

Masa Kehamilan

Triwulan I

Minggu Ke-1

* Calon Ibu

Idealnya calon ibu berada dalam kondisi sehat optimal. Kebiasaan seperti merokok, minum beralkohol dan obat-obatan yang tidak perlu sudah seharusnya dihentikan pada masa ini. Suhu tubuh basal akan sedikit meningkat pada masa ovulasi dan berkisar antara 36,6 C dan berangsur – angsur akan meningkat. Konsultasi genetik bisa dilakukan dengan dokter kandungan untuk mengetahui apakah adanya riwayat penyakit menurun dalam keluarga seperti hemofili, fibrosis kistik atau berbeda tipe golongan darah Rhesus.

Minggu Ke-2

* Calon Ibu

Masa fertilisasi atau pembuahan dimana berjuta-juta sperma pasangan akan masuk ke vagina dan mencapai tuba falopi. Beberapa ratus sperma akan menuju sel telur sambil mengeluarkan enzim yang membuat salah satu sperma berhasil menembus lapisan pelindung sel telur yang matang. Pada saat ini terjadi perubahan kimiawi yang mencegah sperma lain memasuki sel telur. Tubuh sperma yang berhasil masuk sel telur akan terurai dan inti sel yang membawa kode genetik akan menyatu dengan kode genetik sel telur yang telah dibuahi.

* Janin Bayi

Jenis kelamin bayi pada masa ini ditentukan oleh 46 kromosom yang menyusun karakteristik genetik-nya. Sel sperma dan sel telur membawa kode genetiknya masing-masing. Sel telur hanya memiliki kromosom X, namun sel sperma membawa kromosom X atau Y. Bila sperma yang membuahi sel telur membawa kromosom X maka akan membentuk seorang bayi perempuan. Lain halnya bila yang membuahi sel telur adalah sel sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi laki-laki-lah yang akan terbentuk. Pada hal ini, calon ayah-lah yang sebenarnya menentukan jenis kelamin bayi.

Sel telur yang telah dibuahi akan mebelah dua menjadi 2 sel, kemudian 4 sel dan kemudian terus membelah sambil bergerak meninggalkan tuba falopi menuju rahim. Saat ini, dengan perkiraan kasar terdapat 30 sel hasil pembelahan. Kumpulan sel tersebut dinamakan morula, dari bahasa Latin yang berarti anggur.

Minggu Ke-3

* Calon Ibu

Kira-kira 7 hari setelah fertilisasi, morula akan tertanam di lapisan dalam rahim (endometrium). Secara formal hal ini dapat dikatakan sebagai suatu kehamilan. Kelompok sel tersebut akan semakin matang dan menjadi blastokista, substansi yang akan men-stimulasi terjadinya perubahan dalam tubuh calon ibu termasuk terhentinya siklus menstruasi.

* Janin Bayi

Selama minggu-minggu awal kehamilan, bayi akan berkembang pesat. Setiap hari pasti akan terjadi perubahan besar. Hanya dalam waktu 7 hari, sebuah sel akan menjadi suatu kelompok berisi ratusan sel. Walau secara kasat mata bahkan dengan bantuan mikroskop tetap sulit dilihat, sel-sel ini telah mengatur dirinya sendiri dengan benar. Sebagian membentuk embrio, sedangkan yang lain menjadi struktur penyokong yang memberi nutrisi kepada embrio. Bagaimana hal ini terjadi masih menjadi misteri bagi para ahli.

Minggu Ke-4

* Calon Ibu

Meskipun kehamilan bisa diketahui sendiri, namun tes darah yang mampu membuktikan kehamilan secara akurat, terutama pada minggu-minggu ini. Hal ini disebabkan adanya blastokista yang akan mengeluarkan sejumlah hormon kehamilan (Human Chorionic Gonadotrophin / hCG). Hormon ini dapat terdeteksi dalam darah. Urin juga dapat digunakan untuk men-tes hormon ini, namun hasilnya tidak seakurat tes darah.

* Janin Bayi

Pada minggu ini blastokista yang tadinya berbentuk seperti bola mulai berubah menjadi sebuah embrio. Embrio ini dibedakan menjadi 3 jenis lapisan yang nantinya membentuk 3 jenis jaringan, yaitu:

1. Endoderm: lapisan terdalam yang akan membentuk paru-paru, hati, sistem pencernaan dan pankreas
2. Mesoderm: lapisan tengah yang akan membentuk tulang, otot, ginjal, pembuluh darah dan jantung
3. Ektoderm: lapisan terluar yang akan membentuk kulit, rambut, lensa mata, email gigi dan sistem saraf

Keseluruhan sel dalam setiap jaringan akan bergerak mengelilingi untuk menuju tempat masing-masing dan bentuk bakal kepala embrio akan meruncing seperti tetesan air mata.

Minggu Ke-5

* Calon Ibu

Tanda utama kehamilan adalah tidak menstruasi sekitar 2-3 minggu setelah konsepsi. Namun ketiadaan menstruasi (amenore) ini bisa juga disebabkan oleh hal-hal lain. Untuk memastikan perlu dilakukan tes urin sehingga dokter dapat menaksir perkiraan hari persalinan dihitung semenjak hari pertama siklus menstruasi terakhir.

Kehamilan biasanya terbagi dalam periode, yang dikenal sebagai triwulan, yaitu:

1. Triwulan I : berlangsung hingga minggu kehamilan ke-13. Pada masa ini terjadi perkembangan janin yang cepat. Pada masa ini risiko keguguran juga termasuk tinggi.
2. Triwulan II : berlangsung dari minggu ke-14 hingga minggu kehamilan ke-27
3. Triwulan II : berlangsung dari minggu ke-28 hingga masa kelahiran

* Janin Bayi

Pada saat ini janin dalam rahim sang ibu telah memiliki bentuk yang lebih jelas. Janin telah memiliki bagian atas bawah, kanan kiri, serta depan belakang. Di daerah punggung terdapat suatu celah melengkung yang akan membentuk struktur seperti tabung silinder yang disebut neural tube (tabung saraf). Dalam perkembangannya, pada tabung ini akan terbentuk sumsum tulang belakang dan otak. Bagian atas dari tabung tersebut akan meluas dan mendatar untuk mebentuk otak depan. Selain itu di bagian pusat janin akan terbentuk suatu tonjolan yang merupakan bakal jantung. Tonjolan tersebut akan dialiri oleh pembulu darah rudimenter (pembuluh darah yang belum sempurna).
Minggu-minggu Waspada Kehamilan

Di balik kebahagiaan menanti si buah hati, muncul berbagai keluhan yang kadang-kadang menyebalkan. Berbagai keluhan yang berbeda-beda munculsesuai dengan tahapan usia kehamilan, Tidak perlu stress ataupun panik, kenali gejalanya, supaya Anda bisa melakukan tindakan yang tepat agar tidak membahayakan Anda dan janin. Berikut ini minggu-minggu waspada kehamilan dan gejala yang terjadi:

Mingu ke-6

* Calon Ibu: Gejala mual-mual mulai muncul. Waspada jika Anda muntah berat hiperemesis gravidarum). Kondisi ini cukup mengganggu karena melelahkan dan dapat menurunkan berat badan ibu.Hal ini disebabkan adanya peningkatan hormon progesteron. Biasanya isitrahat yang cukup akan membantu proses relaksasi dalam neghadapi hal-hal tersebut.

* Janin: Embrio berubah bentuk menjadi janin. Tabung saraf di sepanjang tulang belakang telah menutup. Di salah satu ujungnya telah terbentuk bakal otak yang akan mengisi tulang tengkorak. Sementara itu terdapat 2 buah piringan pigmen kecil yang membentuk struktur seperti mangkuk di kedua sisi kepalanya. Bagian ini disebut vesikel optikus yang merupakan bakal mata. Walaupun jantung bayi pada awalnya hanya berupa tabung kecil, namun pada tahap ini bakal jantung telah berdenyut dan tidak akan pernah berhenti hingga akhir hidup. Bakal kaki dan tangan juga mulai terlihat, demikian pula tulang ekor akan makin terlihat jelas di tahap ini.

Minggu ke-7

* Ibu: Lima minggu setelah konsepsi, dinding rahim melunak sehingga mempermudah penanaman blastosit. Pada saat ini serviks (mulu tahim mulai melunak. Perubahan yang terjadi di organ dalam lain adalah penebalan lendir serviksyang akan menggumpal membentuk sumbat (plug) dalam saluran mulut rahim. Nantinya lendir ini akan dikeluarkan sesaat sebelum proses persalinan, yaitu saat serviks mulai membuka (hal ini disebut show). Kadang kepala terasa berputar-putar, pusing. Jangan sembarangan minum obat, konsultasi dulu dengan dokter kandungan Anda.

* Janin: Di minggu ini terjadi perubahan pada tubuh, wajah, dan kaki bayi. Saluran pencernaan janin mulai terbentuk dan usus depan telah terlihat. Bentuk tulang ekor juga jelas terlihat namun akan menghilang di minggu ke-10 atau 11. Paru-paru juga mulai berkembang sementara itu tali pusat akan berkembang setelah plasenta dewasa. Selain itu telah terbentuk pula bakal wajah, sedikit pigmentasi pada iris mata dan lubang pada mulutnya. Seminggu setelah pembentukan bakal kaki, maka bakal lengan justru telah dapat dibedakan menjadi segmen tangan dan bahu.

Minggu ke-8

* Ibu: Walauoun rahim mulai membesar, perubahan ini biasanya belum terlihat dari luar. Yang lebih dahulu mendeteksi perubahan ini secara umum adalah dokter. Dokter akan meraba pembesaran saat melakukan pemerikasaan panggul. Biasanya ukuran baju sang ibu mulai membesar karena pinggang terasa mulai adanya pengetatan akibat membesarnya janin yang tumbuh. Susah ke belakang? Wajar saja. Yang penting banyak makan makanan berserat, seperti sayur, buah dan biji-bijian.

* Janin: Pada ujung-ujung tubuh yang sedang berkembang, mulai terbentuk bakal jari tangan dan kaki, sedangkan bakal lengan akan sedikit fleksi (membengkok) pada bagian pergelangan dan siku. Pada bagian sisi lehernya nampak bakal telinga luar yang mulai tumbuh, begitu pula halnya bakal bibir atas dan ujung hidung pada wajahnya. Bakal mata janin masih saling berjauhan satu sama lain, namun bakal kelopak mata mulai terbentuk mengitarinya. Dalam tubuh janin, usus halus tampak panjang sekali sehingga rongga perut tidak mampu menampung. Beberapa akan menonjol ke tali pusat janin yang disebut hernia (penonjolan) fisiologik.

Minggu Ke-9

* Calon Ibu: Pada saat in hormon kehamilan hCG sedang berada di posisi puncak sehingga sang ibu akan mengalami beberapa perubahan. Kulit wajah sang ibu akan terasa lebih halus dan kencang walau mungkin akan sedikit berjerawat pula. Rambut sang ibu akan terasa lebih kering dan payudara terlihat sedikit mengencang, terkadang padat, atau sedikit nyeri bila ditekan. Pada saat ini pula cairan keluar dari vagina dalam jumlah bervariasi.

* Janin Bayi: Punggung bayi saat ini akan sedikit menegak dan tulang ekornya akan sedikit memendek. Proporsi kepala masih lebih besar dari anggota tubuh lainnya dan bagian kepala masih menekuk ke arah dada. Kedua mata bayi telah berkembang dengan baik namun masih ditutupi oleh membran kelopak. Selain itu bayi sudah dapat melakukan gerakan-gerakan kecil setelah otot-ototnya mulai berkembang dan perubahan ini dapat dilihat melalui USG. Anggota badan lainnya juga muali berkembang, seperti perkembangan lengan dan jari tangan lebih cepat daripada tungkai dan jari kaki. Pada tahap ini, telapak tangan janin telah memiliki batas jari tangan yang jelas. Kelima jari tangan tampak terpisah satu sama lain.

Minggu ke-12

* Ibu: Mungkin terjadi saat gosok gigi akan berdarah. Bila berkali-kali terjadi, kunjungi dokter gigi, dan katakan Anda sedang hamil.

* Janin: kantung ketuban telah berisi 50 cc cairan, yang siap melindungi janin dari berbagai benturan dan guncangan. Saat ini jani sudah dapat menyerap dan mengeluarkan cairan.

Minggu ke-20

* Ibu: Perut makain membesar, sakit pinggang mulai menyerang. Lakukan relaksasi, olahraga, dan biasakan sikap tubuh yang benar.

* Janin: Kini beratnya sekitar 250 gram dan panjang 16 cm. kulit janin mulai dilindungi verniks kaseosa, sejenis lapisan berlemak.

Minggu ke-26

* Ibu: awal-awal trisemester terakhir, kaki tampak dipenuhi spider vein yang tak sedap dipandang. Kontrok berat badan Anda, olahraga yang mengaktifkan kaki, dan konsumsi makanan berserat.

* Janin: Kini paru-paru janin makin lebih baik digunakan untuk bernapas, sehingga bila terpaksa lahir premature, kemungkinan bisa survive.

Minggu ke-33

* Ibu: Anda mulai sering merasakan kram pada kaki di tengah malam saat tidur. Minta bantuan suami menekuk telapak kaki yang kram ke arah tubuh.

* Janin: Anda bisa merasakan gerakan-gerakan melintang janin pada perut. Ini pertanda janin sedang menyesuaikan posisi yang tepat untuk proses kelahiran.

sumber:
WIKIPEDIA

AYAHBUNDA

YULI

Surah Al-Fatihah

Surah Al-Fatihah surah alfatihah
Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, “Pembukaan”) adalah surah pertama dalam al-Qur’an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang ada dalam Al-Qur’an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur’an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok
Keimanan
Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di antara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-‘aalamiin (ربّ العالمين) tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah (التربية) yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Janji memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud “Hidayah” disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat, baik yang mengenai kepercayaan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran.

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian besar dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa’/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Perincian dari yang telah disebutkan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat yang lain.

Al-Fatihah

Al-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak disertai al-Fatihah adalah salat yang “buntung” dan “tidak sempurna”.[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlaku bagi orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

“Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah.”[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan “Amin” dan kemudian membaca ayat atau surah al-Qur’an (pada rakaa’at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus diiringi dengan ayat atau surah lain al-Qur’an. Sedangkan pada rakaat ketiga hingga keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Disebutkan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi jeda pada setiap ayat hingga selesai membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dan seterusnya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah biasanya diakhiri dengan kata “Amin”. “Amin” dalam salat Jahr biasanya didahului oleh imam dan kemudian diikuti oleh makmum. Pembacaan “Amin” diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits disebutkan bahwa makmum harus mengucapkan “amin” karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa “amin” diucapkan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat ada yang membacanya keras dan ada yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari awal hingga akhir salat, disebut Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya’. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada saat itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena dapat mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum dipererbehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

“Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih.” Abu Bakar menjawab, “Wahai Rasulullah, Dzat yang aku bisiki sudah mendengar.” Beliau bersabda kepada Umar, “Aku telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras.” Jawabnya, “Wahai Rasulullah, aku membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan.” Nabi SAW. bersabda, “Wahai Abu Bakar, keraskan sedikit suaramu.” Kepada Umar beliau bersabda, “Lirihkan sedikit suaramu.”[12]

[sunting] Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari’at Islam, kemudian dijelaskan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian akhir surat Al Faatihah disebutkan permohonan hamba supaya diberi petunjuk oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.
[sunting] Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga disebut Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur’an (Induk Al-Qur’an), As-Sabu’ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du’au (Do’a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).

source

  • wikipedia
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Fatihah

    Tujuh Keajaiban Dunia berdasarkan AlQuran & AlHadist

    Tujuh Keajaiban Dunia berdasarkan AlQuran & AlHadist

    Tujuh Keajaiban Dunia berdasarkan AlQuran dan Hadits
    Menara Pisa, Tembok Cina, Candi Borobudur, Taaj Mahal, Ka’bah,
    Menara Eiffel, dan Piramida di mesir, inilah semua keajaiban dunia yang
    kita kenal. Namun sebenarnya semua itu belum terlalu ajaib, karena di
    sana masih ada tujuh keajaiban dunia yang lebih ajaib lagi. Mungkin
    para pembaca bertanya-tanya, keajaiban apakah itu?

    Memang tujuh keajaiban lain yang kami akan sajikan
    di hadapan pembaca sekalian belum pernah ditayangkan di TV, tidak
    pernah disiarkan di radio-radio dan belum pernah dimuat di media cetak.
    Tujuh keajaiban dunia itu adalah:

    Hewan Berbicara di Akhir Zaman

    Maha suci Allah yang telah membuat segala sesuatunya berbicara
    sesuai dengan yang Ia kehendaki. Termasuk dari tanda-tanda kekuasaanya
    adalah ketika terjadi hari kiamat akan muncul hewan melata yang akan
    berbicara kepada manusia sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an,
    surah An-Naml ayat 82,

    “Dan apabila perkataan Telah jatuh atas mereka, kami keluarkan
    sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka,
    bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami”.

    Mufassir Negeri Syam, Abul Fida’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy berkomentar tentang ayat di atas, “Hewan
    ini akan keluar diakhir zaman ketika rusaknya manusia, dan mulai
    meninggalkan perintah-perintah Allah, dan ketika mereka telah mengganti
    agama Allah. Maka Allah mengeluarkan ke hadapan mereka hewan bumi.
    Konon kabarnya, dari Makkah, atau yang lainnya sebagaimana akan datang
    perinciannya. Hewan ini akan berbicara dengan manusia tentang hal itu”.[Lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/498)]

    Hewan aneh yang berbicara ini akan keluar di akhir zaman sebagai
    tanda akan datangnya kiamat dalam waktu yang dekat. Nabi -Shallallahu
    ‘alaihi wa sallam- bersabda,

    “Sesungguhnya tak akan tegak hari kiamat,
    sehingga kalian akan melihat sebelumnya 10 tanda-tanda kiamat: Gempa di
    Timur, gempa di barat, gempa di Jazirah Arab, Asap, Dajjal, hewan bumi,
    Ya’juj & Ma’juj, terbitnya matahari dari arah barat, dan api yang
    keluar dari jurang Aden, akan menggiring manusia”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (2901), Abu Dawud dalam Sunan-nya (4311), At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2183), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (4041)]

    Pohon Kurma yang Menangis

    Adanya pohon kurma yang menangis ini terjadi di zaman Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- , mengapa sampai pohon ini menangis? Kisahnya, Jabir bin Abdillah-radhiyallahu ‘anhu- bertutur,

    “Jabir bin Abdillah -radhiyallahu ‘anhu-
    berkata: “Adalah dahulu Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-
    berdiri (berkhutbah) di atas sebatang kurma, maka tatkala diletakkan
    mimbar baginya, kami mendengar sebuah suara seperti suara unta dari
    pohon kurma tersebut hingga Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-
    turun kemudian beliau meletakkan tangannya di atas batang pohon kurma
    tersebut” .[HR.Al-Bukhariy dalam Shohih-nya (876)]

    Ibnu Umar-radhiyallahu ‘anhu- berkata,

    “Dulu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-
    berkhuthbah pada batang kurma. Tatkala beliau telah membuat mimbar,
    maka beliau berpindah ke mimbar itu. Batang korma itu pun merintih.
    Maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mendatanginya sambil
    mengeluskan tangannya pada batang korma itu (untuk menenangkannya)”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (3390), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (505)]

    Untaian Salam Batu Aneh

    Mungkin kalau seekor burung yang pandai mengucapkan salam adalah
    perkara yang sering kita jumpai. Tapi bagaimana jika sebuah batu yang
    mengucapkan salam. Sebagai seorang hamba Allah yang mengimani
    Rasul-Nya, tentunya dia akan membenarkan seluruh apa yang disampaikan
    oleh Rasul-Nya, seperti pemberitahuan beliau kepada para sahabatnya
    bahwa ada sebuah batu di Mekah yang pernah mengucapkan salam kepada
    beliau sebagaimana dalam sabdanya,

    Dari Jabir bin Samurah dia berkata, Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Sesungguhnya
    aku mengetahui sebuah batu di Mekah yang mengucapkan salam kepadaku
    sebelum aku diutus, sesungguhnya aku mengetahuinya sekarang”.[HR.Muslim dalam Shohih-nya (1782)].

    Pengaduan Seekor Onta

    Manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan. Dari perasaan itu
    timbullah rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka. Akan tetapi
    ketahuilah, bukan hanya manusia saja yang memiliki perasaan, bahkan
    hewan pun memilikinya. Oleh karena itu sangat disesalkan jika ada
    manusia yang tidak memiliki perasaan yang membuat dirinya lebih rendah
    daripada hewan. Pernah ada seekor unta yang mengadu kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mengungkapkan perasaannya.

    Abdullah bin Ja’far-radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Pada
    suatu hari Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah
    memboncengku dibelakangnya, kemudian beliau membisikkan tentang sesuatu
    yang tidak akan kuceritakan kepada seseorang di antara manusia. Sesuatu
    yang paling beliau senangi untuk dijadikan pelindung untuk buang
    hajatnya adalah gundukan tanah atau kumpulan batang kurma. lalu beliau
    masuk kedalam kebun laki-laki Anshar. Tiba tiba ada seekor onta.
    Tatkala Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melihatnya, maka onta itu
    merintih dan bercucuran air matanya. Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi
    wasallam- mendatanginya seraya mengusap dari perutnya sampai ke
    punuknya dan tulang telinganya, maka tenanglah onta itu. Kemudian
    beliau bersabda, “Siapakah pemilik onta ini, Onta ini milik siapa?”
    Lalu datanglah seorang pemuda Anshar seraya berkata, “Onta itu milikku,
    wahai Rasulullah”.

    Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

    “Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam
    binatang ini, yang telah dijadikan sebagai milikmu oleh Allah, karena
    ia (binatang ini) telah mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya
    letih dan lapar”. [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (1/400), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2/99-100), Ahmad dalam Al-Musnad (1/204-205), Abu Ya’la dalam Al-Musnad (3/8/1), Al-Baihaqiy dalam Ad-Dala’il (6/26), dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqa (9/28/1). Lihat Ash-Shahihah (20)]

    Kesaksian Kambing Panggang

    Kalau binatang yang masih hidup bisa berbicara adalah perkara yang
    ajaib, maka tentunya lebih ajaib lagi kalau ada seekor kambing panggang
    yang berbicara. Ini memang aneh, akan tetapi nyata. Kisah kambing
    panggang yang berbicara ini terdapat dalam hadits berikut:

    Abu Hurairah-radhiyallahu ‘anhu- berkata,

    “Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-
    menerima hadiah, dan tak mau makan shodaqoh. Maka ada seorang wanita
    Yahudi di Khoibar yang menghadiahkan kepada beliau kambing panggang
    yang telah diberi racun. Lalu Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa
    sallam- pun memakan sebagian kambing itu, dan kaum (sahabat) juga
    makan. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Angkatlah
    tangan kalian, karena kambing panggang ini mengabarkan kepadaku bahwa
    dia beracun”. Lalu meninggallah Bisyr bin Al-Baro’ bin MA’rur
    Al-Anshoriy. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengirim (utusan
    membawa surat), “Apa yang mendorongmu untuk melakukan hal itu?” Wanita
    itu menjawab, “Jika engkau adalah seorang nabi, maka apa yang aku telah
    lakukan tak akan membahayakan dirimu. Jika engkau adalah seorang raja,
    maka aku telah melepaskan manusia darimu”. Kemudian Rasulullah
    -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- memerintahkan untuk membunuh wanita
    itu, maka ia pun dibunuh. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda
    ketika beliau sakit yang menyebabkan kematian beliau,”Senantiasa aku
    merasakan sakit akibat makanan yang telah aku makan ketika di Khoibar.
    Inilah saatnya urat nadi leherku terputus”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (4512). Di-shohih-kan Al-Albaniy dalam Shohih Sunan Abi Dawud (hal.813), dengan tahqiq Masyhur Hasan Salman]

    Batu yang Berbicara

    Setelah kita mengetahu adanya batu yang mengucapkan salam, maka
    keajaiban selanjutnya adalah adanya batu yang berbicara di akhir zaman.
    Jika kita pikirkan, maka terasa aneh, tapi demikianlah seorang muslim
    harus mengimani seluruh berita yang disampaikan oleh Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-,
    baik yang masuk akal, atau tidak. Karena Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
    sallam- tidaklah pernah berbicara sesuai hawa nafsunya, bahkan beliau
    berbicara sesuai tuntunan wahyu dari Allah Yang Mengetahui segala
    perkara ghaib.

    Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

    “Kalian akan memerangi orang-orang Yahudi
    sehingga seorang diantara mereka bersembunyi di balik batu. Maka batu
    itu berkata, “Wahai hamba Allah, Inilah si Yahudi di belakangku, maka
    bunuhlah ia”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (2767), dan Muslim dalam Shohih-nya (2922)]

    Al-Hafizh Ibnu Hajar-rahimahullah- berkata, “Dalam
    hadits ini terdapat tanda-tanda dekatnya hari kiamat, berupa
    berbicaranya benda-benda mati, pohon, dan batu. Lahiriahnya hadits ini
    (menunjukkan) bahwa benda-benda itu berbicara secara hakikat”.[Lihat Fathul Bari (6/610)]

    Semut Memberi Komando

    Mungkin kita pernah mendengar cerita fiktif tentang hewan-hewan
    yang berbicara dengan hewan yang lain. Semua itu hanyalah cerita fiktif
    belaka alias omong kosong. Tapi ketahuilah wahai para pembaca,
    sesungguhnya adanya hewan yang berbicara kepada hewan yang lain, bahkan
    memberi komando, layaknya seorang komandan pasukan yang memberikan
    perintah. Hewan yang memberi komando tersebut adalah semut. Kisah ini
    sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an,

    “Dan Sulaiman Telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai
    manusia, kami Telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami
    diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) Ini benar-benar suatu
    kurnia yang nyata”.Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin,
    manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam
    barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut:
    Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak
    diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak
    menyadari.Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa Karena
    (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah
    Aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang Telah Engkau
    anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk
    mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah Aku dengan
    rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (QS.An-Naml: 16-19).

    Inilah beberapa perkara yang lebih layak dijadikan “Tujuh Keajaiban Dunia”
    yang menghebohkan, dan mencengangkan seluruh manusia. Orang-orang
    beriman telah lama meyakini dan mengimani perkara-perkara ini sejak
    zaman Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- sampai sekarang. Namun
    memang kebanyakan manusia tidak mengetahui perkara-perkara itu. Oleh
    karena itu, kami mengangkat hal itu untuk mengingatkan kembali, dan
    menanamkan aqidah yang kokoh di hati kaum muslimin

    sumber http://jennisaris.wordpress.com

    Fadhilah Sepuluh Surah Al-Qur’an

    Dikutip dari penutup Kitab “-Nashaihul ‘Ibaad karya Imam Nawawi Al-Bantani , Rasulullah SAW Bersabda ” Sepuluh surah dalam Al-Quran dapat mencegah sepuluh perkara yaitu :
    1. Surah Al-fatihah mencegah murka Allah .
    2 . Surah Yasin mencegah kehausan pada hari Kiamat.
    3. Ad-Dukhaan mencegah ketakutan yang sangat pada hari kiamat.
    4. Surah Al-Waaqi’ah mencegah kefakiran .
    5. Surah Al-Mulk mencegah siksa kubur .
    6.Surah Al-Kautsar mencegah permusuhan .
    7.Surah Al-Kafirun mencegah kefukuran ketika nyawa dicabut .
    8. Surah Al-Ikhlas mencegah kemunafiqan .
    9.Surah Al-Falaq mencegah bahaya hasud .
    10. Surah An-Nas mencegah perasaan was-was (gangguan setan)” .

    Manfaat-manfaat Menghafal Al-Qur’an

    Manfaat-manfaat Menghafal Al-Qur’an

    Berbagai kajian kontemporer membuktikan bahwa hafalan Al-Qur’an dapat menjaga seseorang dari berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, serta meningkatkan kreatifitas dan relaksasi.

    Amal terbaik yang bisa dikerjakan seseorang adalah membaca Al-Qur’an, mengamalkan kandungannya, menerapkan perintah Allah, dan menjauhi larangan Allah. Selama pengalaman interaksi dengan Al-Qur’an dalam kurun waktu lebih dari dua puluh tahun, saya menemukan sebuah kepastian bahwa Al-Qur’an memiliki pengaruh yang besar terhadap kepribadian manusia.

    Ketika Anda membaca sebuah bukti tentang Neuro Linguistic Programming, atau tentang seni manajemen waktu, atau seni bergaul, maka penulisnya akan mengatakan: membaca buku ini dapat mengubah hidup Anda. Artinya, kitab apapun yang dibaca seseorang itu akan memengaruhi perilaku dan kepribadiannya, karena kepribadian meurpakan hasil dari wawasan dan pengalaman seser, serta apa yang dibaca, dilihat dan didengarnya.

    Sudah barang tentu buku-buku karangan manusia ini pengaruhnya terbatas. Tetapi, ketika berbicara tentang Kitab Allah yang menciptakan manusia, dimana Dia lebih mengetahui apa yang ada dalam diri manusia dan apa yang menjadikannya lebi hbaik, maka sudah barang tentu kita menemukan dalam kitab ini informasi-informasi yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Karena Al-Qur’an adalah cahaya, obat dan petunjuk. Di dalam kita temukan masa lalu dan masa mendatang. Allah berfirman, “Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS Fushshilat [41]: 42).

    Dapat saya tegaskan bahwa setiap ayat yang Anda baca, renungkan dan hafal itu dapat menciptakan perubahan dalam hidup Anda! Bagaimana dengan orang yang membaca dan menghafal seluruh Al-Qur’an? Tidak diragukan bahwa bacaan Al-Qur’an, perenungan, dan penyimakan dengan khusyuk itu dapat merekonstruksi kepribadian seseorang, karena Al-Qur’an mengandung berbagai prinsip dan dasar-dasar yang solid bagi caracter building.

    Saya akan menyampaikan pengalaman sederhana tentang sejauh mana pengaruh Al-Qur’an terhadap kepribadian seseorang, bahkan satu ayat saja! Saya pernah membaca firman Allah: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 216) Dalam hati saya berkata, ayat ini pasti mengandung sebuah hukum pasti yang memberi kebahagiaan bagi orang yang mengimplemensikannya dalam hidup.

    Sebelum membaca ayat ini, saya sedang merasa sedih karena mengalami suatu musibah, atau merasakan ketakutan terhadap masa depan, karena saya sedang mencemaskan suatu hal.

    Setelah merenungkan ayat ini dalam waktu yang cukup lama, saya menyadari bahwa Allah telah menadirkan segala sesuatu, dan Dia tidak akan memilihkan untukku selain yang terbaik bagiku, karena Dia mengetahui masa depan, sedangkan saya tidak. Demikianlah, akhirnya saya memandang segala sesuatu dengan optimis, meskipun secara lahir menyedihkan. Saya selalu mengharapkan terjadinya hal baik, meskipun menurut perhitungan tidak demikian.

    Allah telah menetapkan setiap hal yang akan terjadi padaku sejak usiaku 42 hari dalam kandungan. Lalu, untuk apa aku bersedih. Selama Allah mendengar dan mengatur alam semesta ini, untuk apa takut dan cemas? Karena Allah yang menakdirkan dan memilihkannya untukku, maka itu pasti baik, bermanfaat, dan memberi kebahagiaan.

    Demikianlah, kepribadian saya berubah dari akarnya menjadi pribadi yang optimis dan bahagia, dan terbebas dari banyak masalah yang mungkin saja terjadi seandainya Allah tidak memberiku kesempatan untuk merenungkan ayat ini, memahami, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Kesimpulannya, berpegang teguh pada Al-Qur’an dan menjaga tilawahna itu dapat berpengaruh positif terhadap kepribadian seseorang, meninggalkan sistem kekebalan dalam dirinya, melindunginya dari berbagai penyakit psikologis, membantunya untuk sukses dan mengambil keputusan-keputusan yang sulit. Jadi, Al-Qur’an adalah jalan Anda untuk menjadi kreatif, memimpin, bahagia dan sukses!

    sumber eramuslim

    2 Tahun Earlfhamfa’s Blog

    Alhamdulillah , gak kerasa hari ini blog saya (earlfhamfa.wordpress.com) tepat berumur umur 2 tahun. Dari awalnya sekedar untuk tugas praktek Pelajaran di sekolah hingga menjadi blog referensi bagi saya pribadi . Semoga blog ini dapat memotivasi saya untuk terus berkarya amin . Salam Blogger “fadil hanafi”

    Kebenaran Al-Qur’an : Sinyal Alquran tentang Bintang Runtuh di Pusat Galaksi

    Sinyal Alquran tentang Bintang Runtuh di Pusat Galaksi

    Ketika para ilmuwan mengamati Stellar Collapse di Galactic Center, kita mungkin menemukan sinyal Quran yang luar biasa di dalam ayat,

    وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى

    “Demi bintang ketika terbenam.” (QS An-Najm [53]: 1)

    Ilmuwan Astronomi dan galaksi mulai memeriksa informasi baru yang berasal dari pusat galaksi yang berisi planet kita. Informasi ini merupakan data primer yang selanjutnya dapat mengungkapkan inti galaksi yang masif ini. Para ilmuwan juga memulai menganalisis data yang menarik ini diperoleh bentuk pengamatan berlanjut dan diobvervasi dengan salah satu teleskop terbesar di dunia, Gemini North di Observatorium Gemini, Hawaii, lautan Pasifik.

    Gambar menarik ini menunjukkan runtuhnya bintang dengan awan kosmis sangat besar di inti galaksi Bima Sakti. Para ilmuwan percaya bahwa gambar-gambar ini akan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang akan mengubah pemahaman saat ini tentang pusat galaksi.

    Bintang aneh, yang memiliki nama taksonomi ARS 8, menurut para ilmuwan, adalah massa kumpulan gas sampai dekat Gemini Utara. Teknik optikal yang digunakan di dalamnya menunjukkan bahwa gambar ini adalah bintang ambruk di kosmik gas dan awan debu dekat pusat galaksi.

    Pengungkapan tentang bintang ini dianggap sebagai keberhasilan besar dalam upaya memahami hakikat inti galaksi melalui pengetahuan ilmuwan tentang bagaimana bintang-bintang dan gas kosmis bergerak relatif, juga studi intensif komponen awan gas, keadaan dan kondisi iklim yang mengelilingi bintang. Hal ini berarti bahwa metode ilmiah baru dalam mencari rincian pada pusat galaksi Bima Sakti akan dikembangkan kemudian. 
    Pusat galaksi, menurut para ilmuwan, adalah sebuah tempat yang menarik dan aneh, karena mungkin untuk mengamati lingkaran cincin gas kosmik dan bintang-bintang yang berputar dengan cepat di sekitar Black Hole sangat besar oleh ukuran-ukuran kosmis. 

    Gambar: bintang yang sangat cemerlang bergerak di alam semesta yang luas. Para ilmuwan mengatakan bahwa semua bintang bergerak dengan cepat dan bahwa tidak ada bintang yang tenang, seperti yang terpikir di masa lalu. Allah yang Maha Perkasa menyatakan di dalam Alquran: “Mereka masing-masing mengambang dalam garis edarnya.” (Yasin: 40). Sumber: NASA. 

    Gambar The Brilian Galaxy M101. Para ilmuwan mengatakan bahwa alam semesta memiliki milyaran galaksi yang masing-masing terdiri dari miliaran bintang. Semua bintang berputar dan bergerak, beberapa di antaranya runtuh ke pusat galaksi, beberapa bintang membentur bintang lain, dan ada lebih banyak hal yang tidak ada yang tahu kecuali Allah Ta’ala.

    Yang mengejutkan tentang wahyu ini adalah bahwa Alquran telah menunjukkan fakta Stellar Collapse dan bintang rotasi cepat. Allah berfirman:

    “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS An-Najm [53]: 1-5)

    Ayat-ayat ini menyebutkan banyak karakter yang dimiliki semua bintang seperti: bintang runtuh, bintang cepat rotasi, semua bintang kehabisan bahan bakar lalu runtuh dan meledak. Oleh karena itu, kata hawa (runtuh atau jatuh) dalam ayat pertama secara akurat dapat mengekspresikan fenomena ini.

    Oleh karena itu, Allah swt, telah bersumpah dengan fenomena ini yang kita menyadari baru-baru ini bahwa Rasul, Muhammad saw, tidak berbicara menurut keinginan sendiri dan bahwa setiap kata yang dikatakan adalah wahyu dari Allah. Seolah-olah Allah Ta’ala ingin berkata kepada setiap orang yang mencurigai kejujuran Muhammad bahwa saat ketika ia menemukan fenomena ini dan observatorium mendeteksi gambar-gambar yang ia tidak akan pernah meragukan antara bintang runtuh.

    Selama Anda tidak meragukan fenomena menakjubkan yang ditemukan sekarang, padahal ia tidak diketahui pada saat Al-Quran diturunkan, maka Anda harus menyadari bahwa Al-Qur’an ini bersumber dari Allah Ta’ala.

    Akhirnya, kita dapat mengatakan bahwa riset dan studi dapat berfungsi sebagai bukti nyata tentang kejujuran Alquran dan pesan Islam.

    sumber Eramuslim.com

    Kelebihan dan Rahasia Bulan Sy’ban dan Malam Nisfu’ Sya’ban

    Bulan Sya’ban secara urutan bulan hijriah jatuh sebelum bulan Ramadhan. Dalam riwayat Imam Bukhari, Aisyah ra. menceritakan, bahwa Rasulullah saw. selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban? Bahkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa tidak ada bulan melebihi bulan Sya’ban di dalamnya Rasulullah saw. berpuasa. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Nabi saw. berpuasa mayoritas hari-hari bulan Sya’ban. Mengapa?

    Ada beberapa rahasia di antaranya:

    Pertama, puasa adalah kebutuhan fitrah manusia. Karena itu Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya berpuasa. Dalam surah Al Baqarah 183 Allah swt. menyebutkan bahwa puasa tidak hanya diwajibkan kepada umat manusia tertentu tetapi juga kepada umat manusia terdahulu. Ini menunjukkan bahwa puasa merupakan ibadah yang tidak bisa tidak harus dilakukan. Ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa dengan puasa pencernaan seseorang akan istirahat dari rasa lelah yang sekian lama terus menerus digunakan untuk mengolah makanan. Maka semakin sering seseorang berpuasa ia akan semakin sehat. Sebab kemungkinan timbulnya penyakit yang seringkali disebabkan oleh makanan akan tercegah secara otomatis ketika ia berpuasa.

    Kedua, bulan Ramadhan adalah bulan diwajibkannya puasa bagi orang-orang beriman. Jadi pengertian ayat: kutiba alaikumush shiyaam itu maksudnya untuk bulan Ramadhan. Karena itu dalam sebuah hadits Nabi menegaskan bahwa di bulan Ramadhan diwajibkan atas orang-orang beriman berpuasa. Adalah suatu persiapan yang sangat strategis ketika Rasulullah selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Ibarat sebuah turnamen, bulan Ramadhan adalah ajang perlombaan beramal saleh, cerminan ayat: “fastabiqul khairaat (berlomba-lombalah dalam kebaikan)” Al Baqarah:148. Karena itu sebelum masuk Ramadhan hendaklah melakukan persiapan-persiapan terlebih dahulu dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Kita semua tahu bahwa para peserta turnamen pasti melakukan persiapan sebulan dua bulan sebelumnya. Itulah rahasia mengapa Rasulullah saw. memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Agar tidak loyo selama bulan Ramadhan. Agar lebih maksimal melaksanakan ibadah-ibadah Ramadhan yang semuanya saling melengkapi untuk mengantarkan kepada ketakwaan.

    Ketiga, ibadah puasa adalah ibadah menahan nafsu. Suatu perjuangan yang senantiasa harus dilakukan oleh orang-orang beriman. Dalam surah An Nazi’at:40 Allah swt. menjelaskan bahwa jalan ke surga adalah dengan upaya terus-menerus membangun rasa takut kepada Allah dan menahan nafsu. Mengapa? Sebab Setan berkerja terus menerus, siang dan malam untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa-dosa. Kerja keras setan ini tidak bisa tidak menuntut kita untuk bekerja keras juga guna mengimbanginya. Orang yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat, tentu akan selalu waspada dari godaan setan. Caranya dengan banyak berpuasa. Semakin sering berpuasa, semakin sempit jalan-jalan setan untuk menggoda. Sebab dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa setan seringkali masuk melalui makanan. Maka semakin banyak makan, semakin mudah digoda setan. Karenanya orang yang kekenyangan akan selalu malas beribadah.

    Keempat, Rasulullah saw. adalah contoh pribadi berakhlak mulia. Allah berfirman: “Wainnaka la’alaa khuluqin adhiim (Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar mempunyai akhlaq yang agung)” Al Qalam:4. Maka setiap yang dicontohkan Rasulullah saw. pasti baik untuk kemanusiaan di dunia maupun di akhirat. Tidak ada perbuatan yang dilakukan Rasulullah saw. kecuali membawa manfaat bagi kehiduapan manusia jika diikuti. Dan bila kita teliti secara seksama, menejemen modern yang mengantarkan munculnya negara-negara maju dan perusahaan-perusahaan bisnis kelas dunia, di dalamnya akan kita temukan nilai-nilai universal yang pada dasarnya itu adalah bagian dari ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw. Maka dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, itu sungguh sangat baik dan bermanfaat, tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat.

    Kelima, adapun mengenai amalan di pertengahan bulan Sya’ban (nisfu Sya’ban), sekalipun ada sebagian hadits yang dianggap hasan oleh para ulama hadits, tetapi terpenting sebenarnya adalah memperbanyak puasa selama bulan Sya’ban, bukan mengkhususkannya pada pertengahan saja.

    Imam An Nasa’i meriwayatkan sebuah hadits dari Usamah bin Zaid tentang rahasia memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, Nabi bersabda: “Bulan Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan oleh banyak orang, karena itu terjepit antara Rajab dan Ramadhan. Padahal ia adalah bulan di angkatnya amal manusia, maka aku suka ketika amalku diangkat aku sedang berpuasa.” Wallahu a’lam bish shawab. Sumber

    Hadist – Hadist Seputar Bulan Sya’ban
    Oleh: Al-Ustadz Dzulqarnain Bin Muhammad Sunusi Al-Atsary

    Silih bergantinya hari dan bulan adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi setiap muslim. Betapa tidak, Allah telah melimpahkan berbagai rahmat dan kemurahan-Nya kepada umat Islam, berupa kebaikan dan amalan sholih yang disyari’atkan pada hari-hari atau bulan-bulan itu. Dalam sepekan misalnya, ada hari Jum’at yang padanya terdapat sejumlah keutamaan, ada Senin dan Kamis yang merupakan waktu puasa sunnah yang telah dimaklumi keutamaannya. Demikian pula di berbagai bulan ada sejumlah keutamaan padanya, seperti bulan Ramadhan, bulan Dzul Hijjah dan lain-lainnya. Maka sudah sepatutnya bagi seorang muslim untuk mengenal dan mengetahui apa yang dituntunkan agamanya di saat menyongsong bulan-bulan tersebut agar kehidupannya -insyâ’ Allah- menjadi suatu yang sangat berarti dan penuh kebahagiaan di dunia yang fana ini dan sangat bermakna untuk akhiratnya kelak. Namun jangan lupa, bahwa di masa ini sangat banyak terjadi bentuk ritual ibadah yang sama sekali tidak memiliki dasar tuntunannya dalam syari’at kita, karena itu haruslah dibedakan antara hal yang dituntunkan dengan hal yang tidak ada tuntunannya bahkan merupakan perkara baru dalam agama alias bid’ah. Seluruh hal ini harus diperhatikan agar “maksud memetik nikmat” tidak berubah menjadi “menuai petaka” (1).

    Berkenaan dengan datangnya bulan Sya’ban 1427H, maka berikut ini kami ketengahkan kepada para pembaca yang budiman, beberapa hadits yang berkaitan dengan bulan Sya’ban. Diuraikannya hadits-hadits shohih yang berkaitan dengan bulan Sya’ban ini adalah dalam rangka mengingatkan bahwa hadits-hadits tersebut sepatutnya diamalkan, adapun dijelaskannya hadits-hadits yang lemah adalah dalam rangka menyampaikan nasehat untuk kaum muslimin agar menghindarinya. Semoga Allah mencurahkan taufiq dan ‘inâyah-Nya kepada kita semua.

    Beberapa Hadits Shohih Seputar Sya’ban

    Hadits Pertama

    كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلُ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلُ لاَ يَصُوْمُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامً مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ

    “Adalah Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan berbuka, dan beliau berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak akan/pernah berpuasa, maka saya tidak pernah melihat Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan selain bulan Ramadhan dan tidaklah saya melihat paling banyaknya beliau berpuasa di bulan Sya’ban.”

    Takhrijul Hadits

    Dikeluarkan oleh Al-Bukhâry no. 1969, Muslim no. 1156, Abu Dâud no. 2434, An-Nasâ’i 4/151 dan Ibnu Majah no. 1710 dari ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ.

    Fiqih Hadits

    Hadits di atas, menunjukkan bahwa Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, sebab hal tersebut merupakan puasa wajib terhadap kaum muslimin. Adapun puasa sunnah maka kebanyakan puasa beliau adalah pada bulan Sya’ban.

    Hadits Kedua

    مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ شَهْرَيْنِ مَتَتَابِعَيْنِ إِلاَّ شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

    “Saya tidak pernah melihat Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada Sya’ban dan Ramadhan.”

    Takhrijul Hadits

    Hadits di atas, dikeluarkan oleh Abu Dâud no. 2336, At-Tirmidzy no. 735, An-Nasâ’i 4/151, 200, Ad-Dârimy 2/29 dan lain-lainnya dari Ummu Salamah radhiyallâhu ‘anhâ. Dan sanadnya shohih.

    Fiqih Hadits

    Hadits di atas, lebih mempertegas bahwa Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam paling banyak berpuasa di bulan Sya’ban. Bukan artinya beliau puasa Sya’ban sebulan penuh sebagaimana yang kadang dipahami dari konteks hadits di atas, karena orang yang berpuasa di kebanyakan hari pada suatu bulan, oleh orang Arab, dikatakan dia telah berpuasa sebulan penuh. Maka tidak ada pertentangan antara hadits ini dengan hadits-hadits sebelumnya. Demikian keterangan Imam Ibnul Mubarak rahimahullâh dalam mengkompromikan antara dua hadits di atas.(2)

    Adapun Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullâh, beliau berpendapat bahwa dua hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam pada sebagian tahun beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh dan pada sebagian lainnya beliau hanya berpuasa pada kebanyakan saja9.(3)

    Hadits Ketiga

    Fari Usamah bin Zaid radhiyallâhu ‘anhu, beliau berkata kepada Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam suatu bulan sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya’ban?” Maka beliau menjawab,

    ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَب وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعُ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ

    “Itu adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan yang manusia lalai darinya. Dan ia adalah bulan yang padanya segala amalan akan diangkat kepada Rabbul ‘Alamin. Maka saya senang amalanku diangkat sementara saya sedang berpuasa.”

    Takhrijul Hadits

    Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad 5/201, Ibnu Abu Syaibah 2/347, An-Nasâ’i 4/201, Ath-Thahawy dalam Syarah Ma’âny Al-Atsâr 2/82, Al-Baihaqy dalam Syu’bul Imân 3/377 dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 9/18. Dan sanadnya dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Irwâ’ul Ghalîl 4/103 dan Tamâmul Minnah hal. 412.

    Fiqih Hadits

    Berkata Ibnu Rajab rahimahullâh, “Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam telah menyebutkan bahwa tatkala (bulan Sya’ban) dihimpit oleh dua bulan yang agung; bulan Harom (Rajab) dan bulan Puasa (Ramadhan), maka manusia pun sibuk dengan keduanya sehingga (Sya’ban) terlalaikan. Dan banyak manusia yang menyangka bahwa puasa Rajab lebuh afdhal dari puasa (Sya’ban) karena ia adalah bulan haram, dan hakikatnya tidak demikian.” (4)

    Dan dari hadits di atas, para ulama juga memetik dua hikmah kenapa Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban, yaitu karena banyak manusia yang lalai darinya dan beliau senang amalan beliau terangkat sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa.

    Dan sebagian ulama menyebutkan bahwa hikmah dari puasa Sya’ban adalah sebagai latihan guna menghadapi puasa Ramadhan. Tatkala seseorang telah merasakan manis dan lezatnya berpuasa di bulan Sya’ban, maka ia akan masuk pada bulan Ramadhan dalam keadaan penuh semangat dan kesiapan serta telah terbiasa untuk berpuasa.(5)

    Hadits Keempat

    يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ لَيلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ مُشْرِكٌ أَوْ مَشَاحِنٌ

    “Allah melihat kepada makhluk-Nya pada malam nishfu (pertengahan) Sya’ban lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bertikai.”

    Hadits di atas dikeluarkan oleh sejumlah Imam Ahli Hadist dari hadits Abu Bakr Ash-Shiddîq, Mu’âdz bin Jabal, Abu Tsa’labah Al-Khusyany, ‘Aisyah, Abu Hurairah, ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Abu Musa Al-‘Asy’ary, ‘Auf bin Mâlik, ‘Utsmân bil Abil ‘Ash dan Abu Umâmah Al-Bâhily radhiyallâhu ‘anhum, Dan hadits di atas dishohîhkan oleh Syaikh Al-Albany dari seluruh jalannya.(6)

    Hadits di atas adalah satu-satunya hadits shohîh (7) yang menunjukkan keutamaan malam nishfu Sya’ban. Dan hal ini berlaku bagi mereka yang mempunyai kebiasaan beribadah pada malam hari yang bertepatan dengan malam nishfu Sya’ban. Ini bukanlah berarti bahwa diizinkan untuk melakukan ibadah-ibadah khusus yang tidak pernah dilakukan pada hari-hari lainnya sebagaimana kebiasaan sebagian manusia yang menghidupkan malam nishfu Sya’ban secara khusus.

    Tidak pernah dinukil dari Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam dan para shahabatnya ada yang menghidupkan malam nishfu Sya’ban secara khusus dengan melaksanakan shalat lail dengan melebihkan malam-malam lainnya, apalagi melakukan ritual-ritual khusus yang sama sekali tidak ada tuntunannya dalam agama kita.(8)

    Hadits-Hadits Lemah Seputar Sya’ban

    Hadits Pertama

    كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

    “Adalah Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bila beliau telah memasuki bulan Rajab beliau berdoa: ‘Ya Allah, berkahilah untuk kami bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.”

    Hadits di atas dikeluarkan oleh Ahmad 1/259, Ath-Thabarâny dalam Al-Ausath 4/no. 3939 dan dalam Ad-Du’â’ no. 911, Al-Baihaqy dalam Syu’abul Imân 3/375 dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 6/269 dari jalan Zâ’idah bin Abi Ar-Ruqâd dari Ziyâd An-Numairy dari Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu. Zâ’idah bin Abi Ar-Ruqâd menurut Imam Al-Bukhâry munkarul hadits, dan Ziyâd An-Numairy juga lemah sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Adz-Dzahaby dalam Mizânul I’tidâl. Dan hadits di atas dilemahkan pula oleh Syaikh Al-Albâny dalam Dho’îful Jami’.

    Hadits Kedua

    كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَرُبَّمَا أَخَرَ ذَلِكَ حَتَّى يَجْتَمِعَ عَلَيْهَ صَوْمُ السَّنَةِ وَرُبَّمَا أَخَّرَهُ حَتَّى يَصُوْمُ شَعْبَانُ

    “Adalah Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam biasa berpuasa tiga hari dalam sebulan. Dan kadang beliau mengakhirkan hal tersebut hingga terkumpul puasa setahun, dan kadang beliau akhirkan hingga beliau berpuasa Sya’ban.”

    Hadits di atas dikeluarkan oleh Ath-Thabarâny dalam Al-Ausath 2/no. 2098. Dan dalam sanadnya ada ‘Abdurrahman Ibnu Abi Lailah dan beliau dha’îful hadîts (lemah haditsnya). Demikian keterangan Al-Haitsamy dalam Majma’ Az-Zawâ’id 3/441 dan Ibnu Hajar dalam Fathul Bâry 4/214.

    Hadits Ketiga

    رَجَبُ شَهْرُ اللهِ وَشَعْبَانُ شَهْرِي وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِىْ

    “Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulannya umatku.”

    Derajat Hadits

    Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Baihaqy dalam Syu’abul Imân 3/374 dari jalan Nûh bin Abi Maryam dari Zaid Al-‘Ammy dari Yazid Ar-Raqâsyi dari Anas bin Mâlik radhiyallâhu ‘anhu. Berkata Al-Baihaqy setelah meriwayatkannya, “Sanad ini sangatlah mungkar.” Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Tabyîn Al-Ujab telah menegaskan bahwa hadits ini adalah hadits palsu dari kedustaan Nuh bin Abi Maryam.

    Dan Syaikh Al-Albany dalam Adh-Dha’îfah no. 4400 menyebutkan bahwa Al-Ashbahâny dalam At-Targhîb membawakan riwayat lain dengan sanad yang mursal dari AL-Hasan Al-Bashry. Dan demikian pula disebutkan oleh Asy-Syaukâny dalam Nailul Authâr 4/331, 621 dikeluarkan oleh Abul Fath Ibnu Abil Fawâris.

    Hadits Keempat

    فَضْلُ رَجَبَ عَلَى سَائِرِ الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ الْقُرْآنِ عَلَى سَائِرِ الأَذْكَارِ، وَفَضْلُ شَعْبَانَ عَلَى سَائِرِ الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ مُحَمَّدٍ عَلَى سَائِرِ الأَنْبِيَاءِ، وَفَضْلُ رَمَضَانَ عَلَى سَائِرِ الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى عِبَادِهِ

    “Keutamaan Rajab terhadap bulan-bulan yang lain adalah seperti keutamaan Al-Qur’ân terhadap dzikir-dzikir selainnya, dan keutamaan Sya’ban terhadap bulan-bulan selainnya adalah seperti keutamaan Muhammad terhadap nabi-nabi selainnya, dan keutamaan Ramadhan terhadap bulan-bulan selainnya adalah seperti keutamaan Allah terhadap segenap hamba-Nya.”

    Derajat Hadits

    Hadits di atas adalah hadits palsu. Demikian keterangan Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Tabyîn Al-Ujab sebagaimana dalam Kasyful Khafa’ karya Al-Ajlûny 2/85 dan Al-Mashnû’ fi Ma’rifah Al-Hadits Al-Maudhû’ karya ‘Ali Qâri’ hal. 128.

    Hadits Kelima

    سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ؟ فَقَالَ شَعْبَانُ لِتَعْظِيْمِ رَمَضَانَ، قِيْلَ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ صَدَقَةٌ فِيْ رَمَضَانَ

    “Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam ditanya, ‘Puasa apakah afdhol* setelah Ramadhan?’ Beliau menjawab, ‘Sya’ban, untuk mengagungkan Ramadhan.’ Kemudian ditanyakan lagi, ‘Shodaqah apakah yang afdhol?’ Beliau menjawab, ‘Shodaqah pada bulan Ramadhan.’”

    Derajat Hadits

    Dikeluarkan oleh At-Tirmidzy no. 663 dan Al-Baihaqy dalam Syu’abul Imân dari Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu. Dan dalam sanadnya ada Shodaqah bin Musa dan beliau dho’îful hadîts. Hadits ini dilemahkan oleh At-Tirmidzy, As-Suyuthy dan Al-Albany.9 Demikian pula dilemahkan oleh Al-Hâfizh Ibnu Hajar (10) dan beliau menganggap bahwa hadits di atas menyelisihi hadits Abu Hurairah riwayat Muslim no. 1163 dengan lafazh,

    أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَّلاَةُ اللَّيْلِ

    “Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah Al-Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat lail.”

    Bulan Al-Muharram yang diinginkan dalam hadits mungkin bulan Muharram yang merupakan awal bulan dalam penanggalan Islam dan mungkin juga seluruh bulan harom dalam Islam yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab.(11)

    Hadits Keenam

    كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلُ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلُ لاَ يَصُوْمُ وَكَانَ أَكْثَرَ فِيْ شَعْبَانَ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ مَالِيْ أَرَى أَكْثَرَ صِيَامِكَ فِيْ شَعْبَانَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّهُ شَهْرٌ يُنْسَخُ لِمَلَكِ الْمَوْتِ مِنْ يَقْبَضُ فَأُحِبُّ أَنْ لاَ يُنْسَخَ اسْمِيْ إِلاَّ وَأَنَا صَائِمٌ

    “Adalah Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau tidak (akan/pernah) berbuka, dan beliau berbuka hingga kami berkata bahwa beliau tidak (akan/pernah) berpuasa, dan kebanyakan puasa beliau pada bulan Sya’ban. Maka saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, kenapa saya melihat kebanyakan puasamu (adalah) pada bulan Sya’ban?’ Beliau berkata, ‘Wahai ‘Aisyah, ia adalah bulan yang dituliskan untuk malaikat maut siapa yang akan dicabut nyawanya, maka saya senang namaku ditulis sedang saya dalam keadaan berpuasa.’”

    Derajat Hadits

    Hadits di atas disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam Al-Ilal 1/250-251 dari hadits ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ. Beliau menanyakan kedudukan hadits ini kepada ayahnya, Abu Hatim -salah seorang pakar Ilalul hadits di masanya-. Maka Abu Hatim berkomentar bahwa hadits tersebut adalah hadits yang mungkar.

    Hadits Ketujuh

    خَمْسُ لَيَالٍ لاَ تُرَدُّ فِيْهِنَّ الدَّعْوَةُ: أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَب، وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، وَلَيْلَةُ الْجُمُعَةِ، وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ، وَلَيْلَةُ النَّحْرِ

    “Ada lima malam yang tidak tertolak padanya doa: awal malam pada bulan Rajab, malam nishfu Sya’ban, malam Jum’at, mala ‘Iedul Fitri dan malam ‘Iedul Adha.”

    Derajat Hadits

    Dikeluarkan oleh Ibnu ‘Asâkir dan Ad-Dailamy dari hadits Abu Umâmah Al-Bâhily radhiyallâhu ‘anhu. Demikian keterangan Syaikh Al-Albâny dalam Adh-Dha’îfah no. 1452 dan beliau memvonis hadits di atas sebagai hadits maudhû’ (palsu).

    Hadits Kedelapan

    إِذَا كَانَتْ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا. فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ أَلاَ مِنْ مَسْتَغْفِرٍ لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقَهَ أَلاَ مُبْتَلَى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

    “Bila datang malam nishfu Sya’ban maka lakukanlah Qiyam Lail dan puasa pada siang harinya, karena ketika matahari terbenam Allah turun pada malam itu ke langit dunia dan berkata, ‘Adakah yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya, adakah yang memohon rezki, niscaya Aku akan memberikannya, adakah yang tertimpa penyakit, niscaya Aku akan menyembuhkannya, adakah…, adakah… hingga terbit fajar.’”

    Derajat Hadits

    Dikeluarkan oleh Ibnu Mâjah no. 1388, Al-Baihaqy dalam Syu’abul Imân 3/378, Al-Mizzy dalam Tahdzîbul Kamâl. Seluruh ulama sepakat akan lemahnya hadits di atas. Namun Syaikh Al-Albâny dalam Adh-Dha’îfah no. 2132 berpendapat bahwa sanad hadits di atas adalah palsu, karena Ibnu Abi Sarbah -salah seorang perawinya- telah dicap oleh Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in sebagai pemalsu hadits.

    Hadits Kesembilan

    مَنْ أَحْيَا لَيْلَتَي الْعِيْدَيْنِ وَلَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوْتُ الْقُلُوْبُ

    “Siapa yang menghidupkan malam dua ‘Ied dan malam nishfu Sya’ban, niscaya hatinya tidak akan mati pada hari semua hati menjadi mati.”

    Derajat Hadits
    Hadits di atas dikeluarkan oleh Ibnu Jauzy dalam Al-‘Ilal Al-Mutanâhiyah 2/71-72 dari shahabat Kurdûs radhiyallâhu ‘anhu. Demikian pula disebutkan oleh Al-Hâfizh Ibnu Hajar dalam Al-Ishôbah 5/585 dan Ibnu Atsîr dalam Usudul Ghâbah 1/931. Al-Hâfizh menyatakan bahwa Marwân bin Salîm -salah seorang perawinya- adalah seorang rawi yang matrûk (ditinggalkan haditsnya) dan muttaham bil kadzib (dituduh berdusta). Dalam Lisânul Mizân pada biografi ‘Isa bin Ibrahim bin Thahmân -salah seorang perawi hadits di atas- Ibnu Hajar menghukumi hadits di atas sebagai hadits yang mungkar lagi mursal.

    إِذَا كَانَ النِّصْفُ مِنْ شَعْبَانَ فَلاَ صَوْمَ حَتَّى يَجِيْئَ رَمَضَانُ

    “Apabila masuk pertengahan dari bulan Sya’ban maka tidak ada lagi puasa hingga datangnya bulan Ramadhan.”

    Derajat Hadits

    Hadits di atas dikeluarkan oleh ‘Abdurrazzâq 4/161, Ibnu Abi Syaibah 2/284, Ahmad 2/442, Ad-Dârimy 2/29, Abu Dâud no. 2337, Ibnu Mâjah no. 1651, Ibnu Hibbân no. 3589, 3591, Ad-Dâruquthny 2/191, Ath-Thâhawy dalam Syarah Ma’âny Al-Atsâr 2/82, Ibnu Ady dalam Al-Kâmil 5/280, Ath-Thabarâny dalam Al-Ausath 7/no. 6863 dan dalam Musnad Asy-Syamiyyîn no. 1827, Al-Baihaqy 4/209 dan Al-Khathib 8/48.

    Terjadi silang pendapat di kalangan para ulama tentang kedudukan hadits di atas. Kesimpulan dari apa yang disebutkan oleh Ibnu Rajab (12) , Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (13), Ibnu Hajar (14), dan Al-‘Ainy (150 bahwa hadits dishohihkan oleh At-Tirmidzy, Ath-Thâhawy, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Ibnu ‘Abdil Barr, Ibnu Asakir dan Ibnu Hazm. Di versi lain, hadits di atas telah dilemahkan oleh sejumlah ulama yang lebih besar dan lebih berilmu dari mereka dimana mereka berkata bahwa hadits di atas adalah hadits yang mungkar. Demikian komentar Imam Ahmad, ‘Abdurrahman bin Mahdi, Abu Zur’ah Ar-Razy dan Al-Atsram serta diikuti oleh Abu Ya’la Al-Khalily (16) dan Az-Zarkasyi (17) dan lainlainnya. Imam Ahmad berkata bahwa hadits di atas adalah hadits yang paling mungkar yang diriwayatkan oleh Al-‘Alâ’ bin ‘Abdurrahman.

    Dan insya’ Allah pendapat para ulama yang melemahkannya ini yang paling tepat, karena mereka mereka itulah yang merupakan rujukan dan acuan dalam masalah kedudukan dan derajat sebuah hadits.

    Hadits Kesebelas

    يَا عَلِيُّ مَنْ صَلَّى لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ مِئَةَ رَكْعَةٍ بِأَلْفِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ قَضَى اللهُ لَتهُ كَلَّ حَاجَةٍ طَلَبَهَا تِلْكَ اللَّيْلَةَ

    “Wahai ‘Ali, siapa yang shalat malam nishfu Sya’ban seratus raka’at dengan (membaca) ‘Qul Huwallâhu Ahad’ seribu (kali) maka Allah akan menunaikan seluruh hajat yang dia minta pada malam itu.”

    Derajat Hadits

    Hadits ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al-Manâr Al-Munîf hal. 78 dan Asy-Syaukâny dalam Al-Fawâ’id Al-Majmû’ah hal. 50-51 sebagai hadits yang maudhû’ (palsu). Dan baca pula lafazh yang mirip dengannya dalam Lisânul Mizân karya Al-Hâfizh Ibnu Hajar pada biografi Muhammad bin Sa’îd Ath-Thabary.

    Berkata Syaikh Ibnu Baz rahimahullâh, “Adapun (hadits-hadits) yang menjelaskan tentang shalat pada malam (nishfu Sya’ban) seluruhnya adalah maudhû’ (palsu) sebagaimana yang diingatkan oleh banyak ulama.”( (18)

    Dan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan bahwa orang yang melakukan shalat pada malam nishfu Sya’ban ada tiga tingkatan:

    Satu: Orang yang melakukan kebiasaan shalatnya sebagaimana hari-hari lainnya, tanpa meyakini adanya keutamaan khusus bagi orang yang melakukan shalat pada malam nishfu Sya’ban. Yang seperti ini tidak mengapa, karena tidak ada padanya bentuk bid’ah dalam agama.

    Dua: Ia melakukan shalat pada malam nishfu Sya’ban tidak pada selainnya. Ini adalah bid’ah dalam agama, karena Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam dan para shahabatnya tidak pernah melakukannya dan tidak mencontohkannya.

    Tiga: Ia melakukan shalat dengan jumlah raka’at tertentu pada setiap tahun. Ini lebih besar bid’ahnya dan lebih jauh dari Sunnah ketimbang yang kedua. Karena hadits-hadits tentang hal tersebut semuanya maudhû’ (palsu).(19)

    Hadits Kedua Belas

    مَنْ قَرَأَ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ أَلْفَ مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ بَعَثَ اللهُ إِلَيْهِ مِئَةَ أَلْفِ مَلَكٍ يُبَشِّرُوْنَهُ

    “Siapa yang membaca pada malam nishfu Sya’ban ‘Qul Huwallâhu Ahad’ seribu kali, niscaya Allah akan mengutus untuknya seratus ribu malaikat memberi kabar gembira kepadanya.”

    Derajat Hadits

    Hadits ini disebutkan oleh Al-Hâfizh Ibnu Hajar dalam Lisânul Mizân pada biografi Muhammad bin ‘Abd bin ‘Amir As-Samaqandy sebagai salah satu bentuk/(contoh) hadits palsunya. Dan disebutkan pula oleh Ibnul Qayyim dalam Al-Manâr Al-Munîf hal. 78.

    Hadits Ketiga Belas

    مَنْ صَلَّى لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ثِنْتَيْ عَشَرَ رَكْعَةً يِقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ ثَلاَثِيْنَ مَرَّةً قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ شُفِّعَ فِيْ عَشَرَةٍ قَدِ اسْتَوْجُبُوْا النَّارَ

    “Siapa yang shalat pada malam nishfu Sya’ban 12 raka’at, pada setiap raka’at ia membaca ‘Qul Huwallâhu Ahad’ tiga puluh kali, niscaya Allah akan mengizinkannya untuk memberi syafa’at kepada sepuluh orang yang telah wajib masuk neraka.”

    Derajat Hadits

    Hadits ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al-Manâr Al-Munîf hal. 78 sebagai hadits yang maudhû’ (palsu).

    Berkata Ibnul Qayyim rahimahullâh, “Yang mengherankan, ada sebagian orang yang telah menghirup harumnya ilmu Sunnah tertipu dengan igauan ini dan melakukan shalat itu. Padahal shalat tersebut hanya diada-adakan setelah empat ratus tahun (munculnya/lahirnya) Islam dan munculnya di Baitul Maqdis, kemudian dipalsukanlah sejumlah hadits tentangnya.”

    Hadits Keempat Belas

    مَنْ أَحْيَا اللَّيَالِيَ الْخَمْسَ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ: لَيْلَةُ التَّرْوِيَةِ، وَلَيْلَةُ عَرَفَةَ، وَلَيْلَةُ النَّحْرِ، وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ، وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

    “Siapa yang menghidupkan malam-malam yang lima (ini), maka wajib baginya surga: malam Tarwiyah*, malam ‘Arafah, malam ‘Iedul Adha, malam ‘Iedul Fitri dan malam nishfu Sya’ban.”

    Derajat Hadits

    Hadits di atas dikeluarkan oleh Al-Ashbahâny dari Mu’âdz bin Jabal, dan dianggap sebagai hadits palsu oleh Syaikh Al-Albâny dalam Dha’îf At-Targhîb no. 667.

    Bid’ah-bid’ah Seputar Sya’ban

    Sebagai tambahan faedah terhadap penyebutan hadits-hadits di atas, maka berikut ini beberapa keterangan para ulama berkaitan dengan sejumlah bid’ah yang berkembang di tengah kaum muslimin pada bulan Sya’ban (20):

    1. Merayakan malam nishfu Sya’ban.

    2. Mengkhususkan shalat seratus raka’at pada malam nishfu Sya’ban dengan membaca surah Al-Ikhlash sebanyak seribu kali. Shalat ini dinamakan shalat Alfiyah.

    3. Mengkhususkan shalat pada malam nishfu Sya’ban dan berpuasa pada siang harinya.

    4. Mengkhususkan doa pada malam nishfu Sya’ban.

    5. Shalat enam raka’at dengan maksud menolak bala, dipanjangkan umur dan berkecukupan.

    6. Seluruh doa yang dibaca ketika memasuki bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Karena semua bersumber dari hadits yang lemah.

    7. Menghidupkan api dan lilin pada malam nishfu Sya’ban.

    8. Berziarah ke kuburan pada malam nishfu Sya’ban dan menghidupkan api di sekitarnya. Dan kadang para perempuan juga ikut keluar.

    9. Mengkhususkan membaca surah Yasin pada malam nishfu Sya’ban.

    10. Mengkhususkan berziarah kubur pada bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan dan pada hari ‘Ied.

    11. Mengkhususkan bershodaqah bagi ruh yang telah meninggal pada tiga bulan tersebut.

    12. Meyakini bahwa malam nishfu Sya’ban adalah malam Lailatul Qadri.

    13. Membuat makanan pada hari nishfu Sya’ban kemudian membagikannya kepada fakir miskin dengan anggapan makanan untuk kedua orang tua yang meninggal

    Footnote:

    1 Baca pembahasan Bid’ah dan Bahayanya dalam majalah An-Nashihah vol. 06 pada Rubrik Manhaj.

    2 Keterangan Ibnul Mubarak disebutkan oleh Imam At-Tirmidzy setelah membawakan hadits di atas. Dan baca juga Fathul Bâry 4/214.

    3 Majmu’ Fatâwâ beliau 15/416.

    4 Lathô’if Al-Ma’ârif, hal. 138 karya Ibnu Rajab.

    5 Lathô’if Al-Ma’ârif, hal. 138 karya Ibnu Rajab.

    6 Baca Silsilah Ahâdîts As-Shohîhah, no. 1144 dan risalah “Husnul Bayân fimâ Warada fi Lailah An-Nishf min Sya’bân” karya Masyhûr Hasan Salmân.

    7 Kebanyakan para ulama menganggap bahwa tidak ada satu hadits pun yang shohîh berkaitan dengan keutamaan Nishfu Sya’ban. Di antara mereka yang menganggap seperti itu, Al-Hafizh Ibnu Dihyah, Abu Bakr Ibnul ‘Araby, Al-Qurthuby, Jamalauddin Al-Qasimy, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dan lain-lainnya. Dan sebagian penulis di masa ini ada yang tidak menyetujui Syaikh Al-Albany dalam menshohihkan hadits di atas. Kami dalam permasalahan kali ini belum sempat untuk lebih meneliti masalah ini. Semoga Allah memudahkannya di waktu lain.

    8 Akan datang penjelasan tentang bid’ah-bid’ah seputar Sya’ban.

    * Afdhol dalam bahasa Arab bermakna “paling utama” atau “lebih utama”.

    9 Baca Irwâ’ul Ghalîl 3/397.

    10 Fathul Bâry 4/214.

    11 Demikian keterangan Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dinukil oleh muridnya, Ibnu Qayyim dalam I’lâmul Muwaqqi’în 4/293.

    12 Lathô’if Al-Ma’ârif, hal. 151 karya Ibnu Rajab.

    13 Al-Furûsiyah, hal 247.

    14 Fathul Bâry 4/129.

    15 ‘Umdah Al-Qâri’ 11/85.

    16 Al-Irsyâd 1/218, karya Al-Khalîly dan beliau menyebutkan bahwa hadits di atas termasuk hadits-hadits yang Al-‘Alâ’ bersendirian dalam meriwayatkannya dan tidak ada pendukungnya.

    17 An-Nukat ‘alâ Muqaddimah Ibnu Ash-Sholâh, karya Az-Zarkasyi 1/364-365.

    18 Risalah yang ketiga tentang hukum merayakan nishfu Sya’ban dari buku beliau At-Tahdzîr min Al-Bida’, hal. 22.

    19 Diringkas dari Fatâwâ beliau pada jilid 20.

    * Malam Tarwiyah adalah malam menjelang hari Tarwiyah yang jatuh pada tanggal 8 Dzulhijjah setiap tahunnya.

    20 Disarikan dari buku Mu’jam Al-Bida’, hal. 299-301 dan Al-Bida’ Al-Hauliyah, hal. 300-304.

    (Dinukil dari Majalah An-Nashihah Vol. 11 Th. 1/ 1427H/2006M)
    Sumber